peran pendidik
Peranan pendidik-terdidik
Hubungan
pendidik-terdidik adalah hubungan subjek-subjek , bukan subjek objek. Peranan
pendidik untuk menyikap kebenaran tersembunyi : sebuah tips belajar mengajar
yang di pelajari dari metode-metode yang di lakukan oleh pendahulunya dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan peserta didik serta membuat peserta didik mampu
mempunyai rasa ingin tahu yang besar yang menimbulkan rasa ingin mengetahui
akan segala sesuatu yang belum pernah ia ketahui dan akan saling berbagi satu sama
lain untuk mendapatkan informasi yang real dalam kehidupannya. Inilah kajian
yang harus menepel pada diri peserta didik. Peranan pendidik dapat dikemukakan,
sebagi berikut :
a. Mempelajari objek
Seorang pendidik tidak menghampiri
orang-orang dalam rangka membawa pesan “keselamatan” kepada mereka, tetapi
dalam rangka mengetahui situasi objek yang dihadapi kedua pihak dan kesadaran
mereka akan situasi tersebut melalui dialog bersama-sama berbagi tahapan
persepsi tentang diri mereka sendri dan tentang dunia yang ada didalam
hidupnya. Tugas pendidik adalah mempelajari objek dari realitas bersama anak
didiknya melalui dialog bersama, beriringan, sejajar berperan sebagi pencari,
pembelajar yang mengharapkan dan menciptakan perubahan.
b. Menghargai manusia
Pendidik harus menghargai terdidik,
karena ia adalah manusia. Ia menghargai mereka
dan menghargai kekeliruan mereka, kesalahan-kesalahan mereka, dan
pengetahuan mereka, tidak mengatakan “bodoh” pada si terdidik. Singkatnya, seorang
pendidik harus menghargai otonomi dan martabat si terdidik, pendidik mulai
pendiikan mulai dari persepsi si terdidik itu sendiri, celotehan-celotehan
mereka mengenai ealitas, menuju penyikapan dunia dengan cara peningkatan
persepsi ini ketahapan kesadran
c. Keteladanan otoritas guru
Guru adalah siswa dan siswa adalah
guru, guru atau pendidik memiliki otoritas, tetapi tidak otoritarian. Pada satu
sisi, guru adalah guru, bukan siswa. Siswa adalah siswa, bukan guru. Dua posisi
ini berbeda, tetapi tidak antagonostic dan tidak terhalang oleh tembekeksklusif.
Karena itu otoritas pendidik harus membuat pendidik mengalami kebebasan.
Otoritas guru diperlukan secara absolut
bagi perkembangan kebebasan para siswa. Atau dengan kata lain otoritas yang
dimaksud tidak berkaitan dengan pemaksaan atau kekerasan.
d. Mengajar terpadu dengan refleksinya
Praktik mengajar harus terpadu dengan
refleksinya kritis. Ini sesuai dengan epistemologinya, bahwa kebenaran
mengalami perkembangan. Melalui praksis, praktik mengajar yang berdialektika
denagan refleksinya, pengetahuan dikonfirmasi, dimodofikasi, atau diperkuat.
Tanpa praksis, pengetahuan menjadi benda mati.
e. Mengajar, menciptakan kemungkinan belajar
Belajar bukan lah mentransfer
pengetahuan tetapi belajar adalah menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk
produksi atau konstruksi pengetahuan. Pendidik kritis tertuju pada transfomasi
atau perubahan, bukan pewarisan sosial belaka. Pewarisan sosial mengasumsikan
pendidikan adalah subjek yang memiliki pengetahuan, dan si pembelajar dalah
adalah objek yang di transfer pengetahuan oleh penddik, bukan pemilik
pengetahuan.
f.
Mengajar mengembangkan
berpikir krisis
Mengaja tidak boleh direduksi menjadi
upaya agar individu mengalami kontak dangkal dan eksternal dengan objek atau
isi, tetapi hendaknya ditingkatkan ke arah produksi kondisi-kondisi yang
memungkinkan terjadinya belajar secara kritis. Kondisi ini mengimplikaskan dan
menuntuk mengajar dan belajar terjadi serempak dalam konteks keketatan ras ingin tahu, yang diiringi
kecemasan, untuk mengeksplorasi kreativitas , teguh dalam pencarian, dan berani
renah hati dalam bertualanag.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda