aliran filsafat materialisme
Materialisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada
materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide
ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide.
Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat.
Misal,
menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia,
alam raya ini sudah ada.
Menurut
zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak,
otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak
atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau
seperti kata Marx “Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan
keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.” Maksudnya sifat/fikiran
seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya,
“masyarakat sekelilingnya” –ini menjadi materi atau sebab yang mendorong
terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
Aliran-aliran
dalam materialism
1. Materialisme
Mekanik
Materialisme
mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan metodenya
mekanis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan
berubah, geraknya itu adalah gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap
selamanya atau gerak yang berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang
tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif.
Materialisme
mekanik tersistematis ketika ilmu tentang meknika mulai berkembang dengan
pesat, tokoh-tokoh yang terkenal sebagai pengusung materialisme pada waktu itu
ialah Demokritus (± 460-370 SM), Heraklitus (± 500 SM) kedua pemikir
Yunanai ini berpendapat bahwa aktivitas psikik hanya merupakan gerakan
atom-atom yang sangat lembut dan mudah bergerak.
Mulai abad
ke-4 sebelum masehi pandangan materialisme primitif ini mulai menurun
pengaruhnya digantikan dengan pandangan idealisme yang diusung oleh Plato dan
Aristoteles. Sejak itu, ± 1700 tahun lamanya dunia filsafat dikuasai
oleh filsafat idealisme.
Baru pada
akhir jaman feodal, sekitar abad ke-17 ketika kaum borjuis sebagai klas baru
dengan cara produksinya yang baru, materialisme mekanik muncul dalam bentuk
yang lebih modern karena ilmu pengetahuan telah maju sedemikian pesatnya. Pada
waktu itu ilmu materialisme ini menjadi senjata moril / idiologis bagi
perjuangan klas borjuis melawan klas feodal yang masih berkuasa ketika itu.
Perkembangan materialisme ini meluas dengan adanya revolusi industri, di
negeri-negeri Eropa. Wakil-wakil dari filsafat materialis pada abad ke-17
adalah Thomas Hobbes(1588-1679 M), Benedictus Spinoza (1632-1677
M) dsb. Aliran filsafat materialisme mekanik mencapai titik puncaknya
ketika terjadi Revolusi Perancis pada abad ke-18 yang diwakili oleh Paul
de Holbach (1723-1789 M), Lamettrie (1709-1751 M) yang disebut juga
materialisme Perancis.
Materialisme
Perancis dengan tegas mengatakan materi adalah primer dan ide adalah sekunder,
Holbach mengatakan : “materi adalah sesuatu yang selalu dengan cara-cara
tertentu menyentuh panca indera kita, sedang sifat-sifat yang kita
kenal dari bermacam hal-ichwal itu adalah hasil dari bermacam impresi atau
berbagai macam perubahan yang terjadi di alam pikiran kita terhadap hal-ichwal
itu”. Materialisme Perancis menyangkal pandangan religus tentang penciptann
dunia (Demiurge), yang sebelum itu menguasai alam pikiran manusia.. Bahkan
secara terang-terangan Holbach mengatakan “nampaknya agama itu diadakanhanya
untuk memperbudak rakyat dan supaya mereka tunduk dibawah kekuasaan raja lalim.
Asal manusia merasa dirinya didalam dunia ini sangat celaka, maka ada orang
yang datang mengancam mereka dengan kemarahan Tuhan, memakasa mereka diam dan
mengarahkan pandangan mereka kelangit, dengan demikian mereka tidak lagi dapat
melihat sebab sesungguhnya daripada kemalangannnya itu”.
Materialisme Perancis adalah pandangan yang menganggap segala macam gerak atau
gejala-gejala yang terjadi dialam itu dikuasai oleh gerakan mekanika, yaitu
pergeseran tempat dan perubahan jumlah saja. Bahkan manusia dan segala
aktivitetnya pun dipandang seperti mesin yang bergerak secara mekanik, ini
tampak jelas sekali dalam karya Lamettrie yang berjudul “Manusia adalah mesin”.
Mereka tidak melihat adanya peranan aktif dari ide atau pikiran terhadap
materi. Pandangan ini adalah ciri dan sekaligus kelemahan materialisme Perancis.
2. Materialisme
metafisik
Materialisme
metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap atau
statis selamanya seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut
terjadi karena faktor luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu disebut gerak
ekstern atau gerak luar. selanjutnya materi itu dalam keadaan terpisah-pisah
atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Materialisme metafisik diwakili oleh Ludwig Feurbach, pandangan materialisme
ini mengakui bahwa adanya “ide absolut” pra-dunia dari Hegel , adanya terlebih
dahulu “kategori-kategori logis” sebelum dunia ada, adalah tidak lain sisa-sisa
khayalan dari kepercayaan tentang adanya pencipta diluar dunia; bahwa dunia
materiil yang dapat dirasakan oleh panca indera kita adalah satu-satunya
realitet.
Tetapi
materialisme metafisik melihat segala sesuatu tidak secara keseluruhannya,
tidak dari saling hubungannya, atau segala sesuatu itu berdiri sendiri. Dan
segala sesuatu yang real itu tidak bergerak, diam.
Pandangan
ini mengidamkan seorang manusia suci atau seorang resi suci yang penuh cinta
kasih. Feurbach berusaha memindahkan agama lama yang menekankan hubungan
manusia dengan Tuhan menjadi sebuah agama baru yaitu hubungan cinta kelamin
antara manusia dengan manusia. Seperti kata Feurbach: “Tuhan adalah bayangan
manusia dalam cermin”, Feurbach menentang teologi, dalam filsafatnya atau
“agama baru”-nya Feurbach mengganti kedudukan Tuhan dengan manusia, pendeknya
manusia itu Tuhan. Feurbach tidak melihat peran aktif dari ide dalam
perkembangan materi, yang materi bagi Feurbach adalah misalnya, manusia (baca:
materi, pen) sedangkan dunia dimana manusia itu tinggal tidak ada baginya, atau
menganggap sepi ativitet yang dilakukan manusia/materi tersebut.
Materialisme
metafisik menganggap kontradiksi sebagai hal yang irasionil bukan sebagai hal
yang nyata, disinilah letak dari idealisme Feurbach. Pandangannya bertolak
daripada materialisme tetapi metode penyelidikan yang dipakai ialah metafisis.
Metode metafisis inilah yang menjadi kelemahan terbesar bagi materialisme
Feurbach.
3. Materialisme
dialektis
Materialisme
dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter (benda) dan
metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai
keterhubungan satu dengan lainnya, saling mempengaruhi, dan saling bergantung
satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerakan yang dialektis yaitu
pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju
seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx
(1818-1883 M), Friedrich Engels (1820-1895 M).
Gerakan
materi itu adalah gerak intern, yaitu bergerak atau berubah karena dorongan
dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut “diam” itu hanya
tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala yang tampaknya atau
bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam” itu juga suatu bentuk
gerak.
Metode
yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui bahwa orang Yunani-lah yang
pertama kali menemukan metode dialektika, tetapi Hegel-lah yang
mensistematiskan metode tersebut. Tetapi oleh Marx dijungkir balikkan dengan
bersandarkan materialisme. Marx dan temannya Engels mengambil materialisme
Feurbach dan membuang metodenya yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya.
Dan memakai dialektika sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel.
Dialektika
Hegel menentang dan menggulingkan metode metafisis yang selama beabad-abad
menguasai lapangan filsafat. Hegel mengatakan “yang penting dalam filsafat
adalah metode bukan kesimpulan-kesimpulan mengenai ini dan itu”. Ia menunjukkan
kelemahan-kelemahan metafisika :
1. Kaum
metafisis memandang sesuatu bukan dari keseluruhannya, tidak dari saling
hubungannya, tetapi dipandangnya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, sedangkan
Hegel memandang dunia sebagai badan kesatuan, segala sesuatu didalamnya
terdapat saling hubungan organic.
2. Kaum
metafisis melihat segala sesuatu tidak dari geraknya, melainkan sebagai yang
diam, mati dan tidak berubah-ubah, sedang Hegel melihat segala sesuatu dari
perkembangannya, dan perkembangannya itu disebabkan kontradiksi internal, kaum
metafisik berpendapat bahwa: “segala yang bertentangan adalah irasionil”.
Mereka tidak tahu bahwa akal (reason) itu sendiri adalah pertentangan.
3. Sumbangan
Hegel yang terpenting adalah kritiknya tentang evolusi vulgar, yang pada ketika
itu sangat merajalela, dengan mengemukakan teorinya tentang “lompatan” (sprong)
dalam proses perkembangan. Sebelum Hegel sudah banyak filsuf yang mengakui
bahwa dunia ini berkembang, dan meninjau sesuatu dari proses perkembangannya,
tetapi perkembangannya hanya terbatas pada perubahan yang berangsur-angsur
(perubahan evolusioner) saja. Sedang Hegel berpendapat dalam proses
perlembangan itu pertentangan intern makin mendalam dan meruncing dan pada
suati tingkat tertentu perubahan berangsur-angsur terhenti dan terjadilah
“lompatan”. Setelah “lompatan” itu terjadi, maka kwalitas sesuatu itu mengalami
perubahan.
Akan
tetapi dialektika Hegel ini diselimuti dengan kulit mistik, reaksioner, yaitu
pandangan idealismenya sehingga dia memutar balikkan keadaan sebenarnya. Hukum
tentang dialektika yaitu hukum tentang saling hubungan dan perkembangan
gejala-gejala yang berlaku didunia ini dipandangnya bukan seabagai suatu hal
yang obyektif, yang primer melainkan perwujudan dari “ide absolut”. Kulitnya
yang reaksioner inilah yang kemudian dibuang oleh Marx, dan isinya yang
“rasionil” diambil serta ditempatkan pada kedudukan yang benar.
Sedangkan jembatan
antara Marx dan Hegel adalah Feurbach, Materialisme dijadikan sebagai dasar
filsafatnya tetapi Feurbach melihat gerak dari penjuru idealisme yang membuat
ia berhenti dan membuang dialektika Hegel. Membuat hasil pemeriksaannya
terpisah dan abstrak, Marx membuang metode metafisisnya, dan menggantinya
dengan dialektika, sehingga menghasilkan sebuah system filsafat baru yang lebih
kaya dan lebih sempurna dari pendahulunya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda