dasar pemikiran pemikiran filsafat ilmu
1.
Logika
Logika dipahami sebagai ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah (diambil dari Definisi Irving
M.Copi) yang dikutip oleh Mundiri. Sementara, poespropojo menulisan logika
sebagai ilmu dan kecakapan dalam berfikir dan manalar dengan tepat.
Secara harfiah, kata logika
berasal dari kata ‘logos’ dalam bahasa latin, berarti perkataan atau Sabda,
yang dalam bahasa arab dikenal sebagai istilah ‘mantiq’, yang artinya berucap
atau berkata. Istilah logika pertama kali digunakan oleh Cicero (abad 1 sebelum
masehi) dan untuk pertama kali juga logika muncul dalam arti seni berdebat atau
dalam suasana berdebat. Alexander Aphro (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah
masehi) adalah filsuf pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti ilmu
yang menyelidiki tingkat kelurusan pemikiran manusia.
Intinya, logika merupakan
asas yang menentukan pemikiran lurus, tepat dan sehat. Agar dapat berpikir
benar, tepat dan teratur, karena nelalui logika manusia mampu menyelidiki,
merumuskan dan menerapkan kaedan-kaedah yang mengikat sehingga dapat dinyatakan
bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berfikir lurus
(tepat), sedangkan ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok
yang tertentu. Dengan menerapkan hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat, dan
sehat kita masuk kedalam lapangan logika sebagai bagian dari filsafat. Ketika
seseorang memikirkan tingkah laku, maka saat itu ia masuk pada filsafat bidang
etika.
Sebagai salah satu cabang
filsafat, maka logika dapat dibagi dalam pengertian sempit dan pengertian luas.
a.
Logika dalam arti sempit, yaitu logika yang
mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran
yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestaan dari pangkal pikirannya,
sehingga bersifat sama atau persis hanya berdasarkan bentuknya, sedangkan
logika formal mempelajari asas-asas aturan-aturan atau hukum-hukum yng harus
ditaati, agar dapat berfikir dengan benar sehingga dapat memperoleh kebenaran.
b.
Logika dalam arti luas, ialah mencangkup
perbincangan yang sistematis mengenai pencapaian kesimpulan-kesimpulan dari
berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem-sistem penjelasan disusun dalam
ilmu alam, termasuk didalamnya pembahasan tentang logika sendiri.
c.
Logika induktif, adalah logika yang
mempelajari asas-asas penalaran yang benar yang berawal dari hal yang khusus
pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi atau kemungkinan.
d.
Logika material, yang mempelajari langsung
pkerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan
kenyataan-kenyaan praktisyang sesungguhnya.
e.
Logika murni, merupakan pengetahuan mengenai
asas-asas dan aturan-aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian
dari pernyataan-pernyaan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu
cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyatan-pernyataan yang dimaksud.
f.
Logika terapan, adalah pengetahuan logika yang
diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam
pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari
g.
Logika filsafati, dapat dipandang sebagai
suatu ragam atau bagian logika yang berkaitan dengan pembahasan-pembahasan
dalam bidang filsafat
h.
Logika matematik, merupakan suatu bentuk
logika yang mengkaji penalaran yang benar dengan menggunakan metode-metode
matematik serta bentuk lambang-yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna
ganda atau kekaburan dalam bahasa biasa.
2.
Etika
Etika, secara etimlogi berasal dari kata Yunani, yakni ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminologi,etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik dan buruk. Tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruknya. Ruang lingkup etika meliputi bagaimana cara agar dapat hidup lebih baik dan bagimana caranya untuk berbuat baik serta menghindari keburukan. Secara emplimatif etika dibagi dalam ranak etika deskriktif dan etika normatif.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda