Jumat, 30 Desember 2016

fungsi filsafat




Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar flsafat semakin menjadikan seseorang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu yang khusus.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991) , sekurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang ada dizaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spritual dan intelektual dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut;
1.    Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempeljari berbagai pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia yang paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh para pemikir bersar umat manusia, wawasan, dan pengertian kita sendiri diperluas.
2.    Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis berbagai argumentasi, pendapat, tuntutan, dan legitimitasi dari pelbagai agama, ideologi, dan pandangan dunia.
3.    Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi.
Menurut sebagian filsuf kegunaan secara umum dari filsafat adalah sebagai berikut;
a.    Plato merasakan bahwa berfikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
b.    Rene Descartes yang termasyhur sebagai pelopor fisafat modern dan pelopor pembaruan dalam abad ke 17 terkenal dengan ucapannya cogito ergo sum (karena berpikir maka saya ada) berfilsafat berarti berpangkalan kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
c.    Alferd North Whitehead seorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikut; “filsafat adalah keinsafan dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban”.
d.    Maurice Marleau Ponty seorang filsud modern Existensialisme mengatakan bahwa jasa dari filsafat baru ialah terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksitensi dan dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia. (Burhanudin Salam, 1988, hlm. 110-111).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda