Senin, 19 Desember 2016

pendekatan-pendekatan perkembangan kurikulum

1.      Pendekatan bidang studi
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau matapelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum,misalnya matematika,sains,sejarah,geografi,atau IPA,IPS,dan sebagainya.
2.      Pendekatan interdisipliner
Dalam pelajaran telah dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti geografi (lokasi rumah),ekonomi (biaya rumah tangga),matematika (pengeluaran setiap pagi untuk membeli sayur,dan sebagainya).
3.      Pendekatan rekonstruksionisme
Pendekatan ini disebut juga rekonstruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat,seperti polusi,ledakan penduduk,kemiskinan,malapetaka akibat kemajuan teknologi,perang dan damai,keadilan sosial,hak asasi manusia,dan lain-lain.
Peranan guru ialah sebagai orang yang menganjurkan perubahan (agent of change) mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam proses perbaikan masyarakat.
4.      Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa, jadi “student-center”. Dan mengutakan perkembangan afektif siswa sebagai persyaratan dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin,bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum,agar belajar itu memberi hasil maksimal.Pendekatan pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang humanistik adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog; pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri; sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri). Dengan demikian pendidik tidak mengambil alih tangung jawab, melainkan sekedar membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilahan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya.
Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta (unconditional love), hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship). Dalam mendidik seseorang kita hendaknya mampu menerima diri sebagaimana adanya dan kemudian mengungkapkannya secara jujur (modeling). Mendidik tidak sekedar menransfer ilmu pengetahuan, melatih keterampilan verbal kepada para peserta didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuhkembangkan dirinya secara optimal.
5.      Pendekatan accountability
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidik-an tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.
6.      Pendekatan pembangunan nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
·         Pendidikan kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga kategori:
·         Warganegara yang apatis
·         Warganegara yang pasif
·         Warganegara yang aktif
·         Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.
·         Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
· Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
· Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
· Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
· Keterampilan sebagai warganegara yang baik

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda