Rabu, 14 Desember 2016

ilmu filsafat guru

Sekolah merupakan tempat hubungan personal autentik antara guru dan siswa, agar dapat berkembang. Kehadiran sosok guru menjadi nyata dalam interaksinya di kelas, selain tugas-tugas administratif yang menyertainya (Suparno, 2006, p. 62). Dalam mengkaji metafora guru sebagai seniman seorang guru dalam pendekatannya harus menonjolkan pentingnya strategi mengajar yang kreatif. Dalam mewujudkan pembelajaran yang dapat mendorong kreativitas siswa seorang guru dituntut

kekreativitasannya. Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukan proses kreativitas tersebut. (Mulyasa.E, 2008, p. 51) mengemukakan kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita, kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Selain menciptakan pendekatannya lewat strategi mengajar yang kreatif, guru juga harus mampu memotivasi atau mendorong siswa sehingga respon dari siswa dalam hal ini kemampuan siswa untuk belajar dapat dimaksimalkan dan talenta yang mereka miliki dapat dikembangkan.
Paradigma guru dalam memandang siswa harus diubah sejalan dengan perkembangan zaman sehingga menuntut para guru memahami siswa sebagai “subjek” dalam sebuah sistem pendidikan. Siswa dalam segala keterbatasannya dapat diasumsikan sebagai orang dewasa yang memiliki kemampuan dan kehendak aktif dalam mengambil manfaat pendidikan. (Suparno, 2006, p. 62) selanjutnya mengatakan pendekatan guru terhadap siswa sebagai “subjek”, bukan sekedar “objek”, adalah awal membangun relasi yang demokratis di dalam kelas.
Dalam merancang suatu aktivitas pembelajaran kita tidak boleh memaksa siswa menguasai kecerdasan menurut pemahaman kita atau sesuai dengan kita tetapi kita sebagai guru harus jeli melihat kemampuan siswa misalnya, anak yang memiliki kecerdasan kinestetik, ia akan memerlukan lebih banyak bergerak untuk mampu belajar dengan optimal. Kita hendaknya memberikan keleluasaan untuk ia belajar sesuai dengan kecerdasan yang ia miliki sehingga dalam proses pembelajaran kita harus menekankan pada aktivitas dan kebutuhan dari siswa salah satu aliran filsafat yang melatarbelakangi konsep ini adalah Progresivisme. Aliran filsafat ini menstimulasi sekolah untuk mengembangkan kurikulum sehingga lebih relevan dengan kebutuhan dan minat siswa. Pada aliran filsafat ini proses belajar mengajar di kelas

ditandai dengan beberapa hal, antara lain : guru merancang pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam, guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang siswa untuk berpikir, siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk membangun pemahaman sosial. Dari hal-hal tersebut seorang guru dalam pembelajarannya menekankan pada aktivitas dan kebutuhan dari siswa. Guru perlu merangsang minat belajar anak lewat metode pembelajaran yang menarik sehingga anak mampu mengekspresikan dirinya yang pada akhirnya menghasilkan hasil belajar yang diharapkan baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotornya.
Kajian lebih lanjut metafora guru sebagai teknisi seorang guru ditekankan pada efisiensi dalam pembelajaran dan ketepatan dalam pembelajaran dalam hal ini guru harus mampu memberikan pembelajaran yang efisien dan ketepatan dalam menyampaikan konsep-konsep pelajaran. Tipe Guru seperti ini pendekatan dalam pembelajarannya sangat terstruktur dan sistematis sehingga pada akhirnya prestasi yang baik diharapkan dari pembelajaran ini, dalam metafora ini gagal memahami bahwa siswa dan guru masing-masing merupakan pribadi yang unik dan berbeda.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda