Sabtu, 10 Desember 2016

teori dan perkembangan kurikulum



TEORI BELAJAR DAN PERKEMBANGAN KURIKULUM

Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upayamengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan  dan perkembangan menuju kedewasaannya.
Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu teori tertentu merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaanya berkaitan dengan aspek-aspek dan akibat yang mungkin ditimbulkannya. Teori belajar yang berkembang dan memiliki pengaruh terhadap pengembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya. Teori belajar tersebut adalah:
1.      Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme)
Aliran ini bersumber dari psikologi gestalt Fiel. Menurut mereka belajar adalah proses pengembangan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama.pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada dilingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri.
Teori belajar kognitif memandang manusia sebagai pelajar yang aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk memecahkan masalah, mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahuai untuk mencapai suatu pemahaman baru.
2.      Teori psikologi Behavioristik
Teori ini berasumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki/membawa ptensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh factor-faktor yang berasal dari lingkungan.
Peran guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan teori psikologi behavioristik adalah sebagai berikut:
·        Mengidentifikasi perilaku yang dipelajari dan merumuskannya dalam rumusan yang spesifik.
·        Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dari proses belajar. Bentuk-bentuk kompetensi yang diharapkan dalam bidang studi dijabarkan secara spesifik dalam tahap-tahap kecil. Penguasaan keterampilan memalusi tahap-tahap ini sebagai tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar.
·        Mengidentifikasi rainforce yang memadai. Reinforce dapat berbentuk mata pelajaran, kegiatan belajar, perhatian dan penghargaan, dan kegiatan-kegiatan yang dipilih siswa.
·        Menghindari perilaku yang tidak diharapkan dengan jalan memperlemah pola perilaku yang dikehendaki (Y. Suyitno, 2007: 106).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda